Minggu, 23 Oktober 2011

Akuntansi Sosialisasikan Konvergensi IFRS


Berita UMM



Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terus melakukan kajian tentang perkembangan sistem pelaporan keuangan. Setelah mengadakan sosialisasi konsultan pajak bekerja sama dengan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Malang, Desember lalu, pekan ini Akuntansi kembali menggelar acara penting. Bekerjasama dengan Kementerian Keuangan RI, Akuntansi mengadakan sosialisasi dan Training of Trainer (ToT) International Finacial Reporting Standard (IFRS), Jumat (14/01), di ruang teater UMM Dome. Acara akan dilanjutkan Sabtu (15/01) di ruang sidang senat UMM.
            Ketua Pelaksana, Dra. Sri Wibawani, MSi., Ak, menjelaskan acara ini akan diisi oleh Setjen Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kemenkeu RI dan diikuti oleh ratusan peserta. Selain dosen dan mahasiswa UMM, peserta yang sudah konfirmasi hadir antara lain dari kalangan perguruan tinggi di Malang, perguruan tinggi Muhammadiyah se-Jatim, Pimpinan Wilayah Aisyiyah, serta mitra kerja yang selama ini bekerjasama dengan Akuntansi UMM.
            “Sosialisasi ini sangat penting mengingat tuntutan pelaporan keuangan sekarang harus merujuk pada standar internasional. IFRS merupakan standar pelaporan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang go public,” kata Sri Wibawani.
            Dengan demikian, kemampuan mengaplikasikan dan menganalisis IFRS merupakan sebuah keharusan. IFRS, menurut Wibawani yang juga dosen Akuntansi UMM ini, berpotensi akan membutuhkan tenaga ahli akuntan publik yang memahaminya. Untuk itu sosialisasi ini sangat penting bagi mahasiswa dan dosen.
            Wibawani menyontohkan, saat ini lembaga atau perusahaan bisa memilih berbagai metode pelaporan. Seperti, Entitas Tanpa Akuntansi Publik (ETAP) ataupun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), maupun Syari’ah. Namun bagi perusahaan yang akan go international maupun go public maka IFRS menjadi keharusan.
            Berbeda dengan PSAK, IFRS memiliki standar yang lebih rumit. Misalnya, dalam penghitungan aset, masih sering terjadi kesulitan apakan menggunakan penghitungan historical cost ataukah fair value. Namun menurut Wibawani, keunggulan IFRS adalah priciple based (berbasis subtansi), sedangkan PSAK rule based (berbasis aturan).
            Sebagai negara anggota G-20, Indonesia harus mulai mengkonvergensi IFRS pada tahun 2011-2012 ini. “Untuk itu kami berinisiatif mengenalkan IFRS ini lebih awal kepada publik, terutama kalangan sivitas akademika dan praktisi akuntansi publik,” beber Wibawani lebih lanjut.
Ke depan, prodi Akuntansi UMM juga akan menggelar kuliah umum dengan tema lain bekerjasama dengan Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI). Rencananya HMJ Akuntansi akan menghelat acara ini pada akhir bulan Maret.(nas)
Sumber : http://www.umm.ac.id/id/umm-news-1782-akuntansi-sosialisasikan-konvergensi-ifrs.html

Senin, 17 Oktober 2011

Perbankan 2010 Diwajibkan Terapkan Standar Akuntansi Internasional


Jakarta ( Berita ) : Deputi Gubernur BI, Siti Fadjrijah mengatakan pihaknya akan mewajibkan penerapan Standar Akuntansi Internasional (IAS) 39 dan 32 bagi lembaga keuangan termasuk perbankan pada 2010 untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan.

“Kalau IAS sudah selesai pada 2009, maka bank yang sudah siap dapat menerapkan secara bertahap. Tapi diwajibkannya pada 2010. Nanti kita lihat penyelesaian dari IAS dulu,” kata Siti usai membuka sebuah seminar tentang sistem akutansi perbankan di Jakarta, Senin (7/05).
Menurut Siti, pihaknya juga segera menyiapkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) setelah selesainya pengadopsian IAS oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
“Kita akan kerjasama dengan IAI susun PAPI yang terkait dengan penilaian ‘fair value’. Begitu ini menjadi pedoman itu akan diterapkan oleh perbankan,” katanya.
Ia juga menjelaskan, pihaknya ingin memastikan standar akuntansi perbankan yang diterapkan perbankan akan dapat menjadi basis penghitungan keuangan yang efektif dan meningkatkan kedisiplinan pasar melalui laporan keuangan yang transparan.
Dia juga mengingatkan sistem akuntansi yang dapat meningkatkan stabilitas finansial adalah standar akuntansi yang sesuai dengan praktek manajemen resiko yang aman, standar akuntansi yang bisa memberikan proyeksi resiko ke depan, dan standar akuntansi yang bisa meningkatkan kepercayaan pasar dan tata kelola korporasi.
Sementara itu Ketua IAI, M Yusuf Wibisana mengatakan isu utama dalam penerapan IAS itu adalah penerapan ‘fair value, yang berbeda dari nilai pasar (‘market value’) karena komponen penghitungan yang berbeda.
“Kalau diterapkan di Indonesia, harus berhati-hati,” katanya. (ant)

International Accounting Standards and Accounting Quality

by: Mary Barth, Wayne Landsman dan Mark Lang
We compare characteristics of accounting data for firms that adopt International Accounting Standards (IAS) to a match sample of firms that do not to investigate whether reporting under IAS is associated with predictable differences in accounting quality and cost of capital. After IAS adoption, firms evidance less earnings management, more timely loss recognition, and more value relevance of accounting quality after adoption than before suggesting that IAS adoption is associated with an improvement in accounting quality. While more speculative, our result also provide weak evidance that IAS adoption firms may enjoy lower cost of capital after adoption than non-adoption firms, and a reduction in cost of capital following adoption. Overall, our result suggest an improvement in accounting quality associated with IAS adoption.
Artikel lengkap dapat didownload disini -> IAS and Accounting Quality